Assalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh
Anak-anakku, hari ini adalah hari syukur. Syukur karena kalian telah menuntaskan perjalanan panjang di bangku kuliah. Syukur karena Allah Swt. memberi kesempatan kepada kalian untuk mengenyam pendidikan tinggi. Ingatlah, di luar sana masih banyak anak muda seusia kalian yang harus mengubur mimpinya. Ada yang terhenti di bangku SMA, ada juga kawan kalian yang terpaksa berhenti di tengah perjalanan karena keterbatasan ekonomi, sosial, ataupun budaya. Mereka tidak lagi merasakan kisah-kisah indah bangku kuliah, memori manis KKN, tantangan PPL-PKL, dan juga drama seri berjudul skripsi. Maka keberadaan kalian di sini bukan hanya prestasi, melainkan juga karunia yang harus diapresiasi.
Anak-anakku sekalian, khususnya para perempuan dan pencinta erempuan (semoga tidak ada yang di luar itu) izinkan saya mengutip sebuah kisah yang menggugah hati. Tentang seorang gadis bernama Malala Yousafzai dari Pakistan. Di usianya yang masih belia, Malala berani menyuarakan hak perempuan untuk bersekolah. Ia ingin belajar, ia ingin menulis, ia ingin bermimpi. Tetapi apa yang terjadi? Sepulang sekolah, di atas bus sekolah, Ia justru ditembak di bagian kepala, hanya karena kegigihannya untuk mendapat Pendidikan di Tengah-tengah Masyarakat yang kolot atas nama agama. Malala menjadi korban cara pandang agama yang sempit, korban dari ekstremisme yang menghalangi hak dasar manusia.
Namun, peluru yang melukai tubuhnya, yang menyebabkan sebagian saraf wajahnya terputus dan sebagian tengkoraknya harus direkonstruksi, tidak mampu membungkam suaranya. Malala, si gadis berusia 15 tahun itu bangkit dan semakin vocal menyuarakan pendidikan. Dia berbicara di forum PBB, dan dunia mendengar. Dan pada akhirnya, ia berdiri tegak sebagai simbol perjuangan pendidikan dan dianugerahi Nobel Perdamaian.
Kisah ini mengajarkan kita dua hal. Pertama, jangan pernah remehkan kesempatan belajar. Kalian adalah orang-orang pilihan yang diberi kesempatan tersebut, maka jagalah Amanah ilmu ini dengan sebaik-baiknya. Kedua, berhati-hatilah dalam memahami agama. Malala adalah korban dari cara beragama yang keras dan tidak menghargai perbedaan. Padahal Islam yang sejati bukanlah demikian. Islam adalah rahmatan lil ‘alamin: rahmat, kasih sayang, dan cahaya bagi semesta alam.
Karena itu, saya titip pesan: bawalah ilmu kalian dengan sikap wasatiyah, dengan moderasi. Jangan biarkan pemahaman yang sempit membuat kita kehilangan wajah sejati Islam. Tetaplah dalam barisan ahlus sunnah wal jamaah. Tunjukkan kepada dunia bahwa lulusan kampus ini adalah generasi yang berilmu, berakhlak karimah, dan mampu menebar kedamaian.
Anak-anakku, yudisium bukanlah akhir. Ini adalah pintu awal untuk berkarya, untuk membuktikan bahwa ilmu yang kalian bawa akan menerangi masyarakat, bangsa, bahkan dunia. Tetaplah pegang tridarma perguruan tinggi: Pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Syukur-syukur, kalian lanjut S-2 dan S-3.
Semoga kalian bangga menjadi alumni kampus Syaichona. Jika ada hal-hal bermanfaat yang kalian dapatkan, sebarkan, tebarkan pada masyarakat. Namun, jika kalian menemukan keburukan, celah yang kurang baik, maka kabarkan pada kami sebagai koreksi. Maafkan keterbatasan kami dalam mendidik dan melayani kebutuhan kalian selama di almamater tercinta ini.
Untuk para dosen yang telah mendedikasikan diri untuk mendidik, dan mahasiwa yang lulus hari ini, Selamat atas pencapaian yang membahagiakan ini. Semoga semuanya menjadi sosok yang dibanggakan Rasulullah saw. di hadapan para Malaikat, menjadi kebanggaan Syaichona Mohammad Cholil. Maka teruslah menjadi pembawa obor ilmu dan adab, jadilah insan bermartabat, jadilah penebar kedamaian.
Wassalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh